Nama
: Mega Kinanti Putri
2PA09
14511381
Konsep Manusia Dalam Psikoanilisa
Gnothi
Seauthon…! Kenalilah dirimu…! Motto ini telah mengusik para filusuf untuk
mencoba memahami dirinya. Konon, motto inilah yang mendorong berkembangnya ilmu
filsafat di Yunani. Dan ternyata hingga saat ini pun masih relevan
Psikologi
sebagai ilmu yang mempelajari perilaku manusia telah melahirkan banyak
teori-teori tentang manusia, tetapi empat pendekatan yang paling dominan dan
berpengaruh adalah : Psikoanalisis, Behaviorisme, Psikologi Kognitif, dan
Psikologi Humanistis. Psikoanalisis melukiskan manusia sebagai makhlik
yang digerakkan oleh keinginan-keinginan terpendam (Homo Volens).
Di sisi
lain, menurut Sigmund Freud, perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan irrasional
yang tidak disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri psikoseksual
tertentu pada masa enam tahun pertama dalam kehidupannya. Pandangan ini
menunjukkan bahwa aliran teori Freud tentang sifat manusia pada dasarnya adalah
deterministik. Namun demikian menurut Gerald Corey yang mengutip perkataan
Kovel, bahwa dengan tertumpu pada dialektika antara sadar dan tidak sadar,
determinisme yang telah dinyatakan pada aliran Freud luluh. Lebih jauh Kovel
menyatakan bahwa jalan pikiran itu adalah ditentukan, tetapi tidak linier.
Ajaran psikoanalisis menyatakan bahwa perilaku seseorang itu lebih rumit dari
pada apa yang dibayangkan pada orang tersebut.
Di sini,
Freud memberikan indikasi bahwa tantangan terbesar yang dihadapi manusia adalah
bagaimana mengendalikan dorongan agresif itu. Bagi Sigmund Freud, rasa resah
dan cemas seseorang itu ada hubungannya dengan kenyataan bahwa mereka tahu umat
manusia itu akan punah. Dan struktur kepribadian Dalam teori psikoanalitik,
struktur kepribadian manusia itu terdiri dari id, ego dan superego.
Id adalah
komponen kepribadian yang berisi impuls agresif dan libinal, dimana sistem
kerjanya dengan prinsip kesenangan “pleasure principle”. Ego
adalah bagian kepribadian yang bertugas sebagai pelaksana, dimana sistem
kerjanya pada dunia luar untuk menilai realita dan berhubungan dengan dunia
dalam untuk mengatur dorongan-dorongan id agar tidak melanggar
nilai-nilai superego. Superego adalah bagian moral dari
kepribadian manusia, karena ia merupakan filter dari sensor baik- buruk, salah-
benar, boleh- tidak sesuatu yang dilakukan oleh dorongan ego.
Behavioristik
Terapi perilaku [behavior therapy] dan pengubahan perilaku [behavior modification] atau pendekatan behavioristik dalam psikoterapi, adalah salah satu dari beberapa “revolusi” dalam dunia pengetahuan psikologi, khususnya psikoterapi. Pendekatan behavioristik yang dewasa ini banyak depergunakan dalam rangka melakukan kegiatan psikoterapi dalam arti luas atau konseling dalam arti sempitnya, bersumber pada aliran behaviorisme. Aliran ini pada mulanya tumbuh subur di Amerika dengan tokohnya yang terkenal ekstrim, yakni John Broadus Watson, suatu aliran yang menitik beratkan peranan lingkungan, peranan dunia luar sebagai factor penting di mana seseorang dipengaruhi, seseorang belajar. Pada abad ke-17, dunia pengetahuan Filsafat ditandai oleh dua kubu besar yakni kubu “empiricism” [physical science] dan kubu “naturalism” [biological science]. Pada akhir abad yang lalu, mempengaruhi lahirnya aliran behaviorisme dengan pendekatan-pendekatannya yang kemudian menjadi terkenal dengan terapi perilaku [behavior therapy] dan perubahan perilaku [behavior modification].
Konsep Manusia Dalam Behavioristik
Terapi perilaku [behavior therapy] dan pengubahan perilaku [behavior modification] atau pendekatan behavioristik dalam psikoterapi, adalah salah satu dari beberapa “revolusi” dalam dunia pengetahuan psikologi, khususnya psikoterapi. Pendekatan behavioristik yang dewasa ini banyak depergunakan dalam rangka melakukan kegiatan psikoterapi dalam arti luas atau konseling dalam arti sempitnya, bersumber pada aliran behaviorisme. Aliran ini pada mulanya tumbuh subur di Amerika dengan tokohnya yang terkenal ekstrim, yakni John Broadus Watson, suatu aliran yang menitik beratkan peranan lingkungan, peranan dunia luar sebagai factor penting di mana seseorang dipengaruhi, seseorang belajar. Pada abad ke-17, dunia pengetahuan Filsafat ditandai oleh dua kubu besar yakni kubu “empiricism” [physical science] dan kubu “naturalism” [biological science]. Pada akhir abad yang lalu, mempengaruhi lahirnya aliran behaviorisme dengan pendekatan-pendekatannya yang kemudian menjadi terkenal dengan terapi perilaku [behavior therapy] dan perubahan perilaku [behavior modification].
Konsep Manusia Dalam Behavioristik
Para ahli psikologi behavioristik memandang manusia tidak pada dasarnya
baik atau jahat.Para ahli yang melakukan pendekatan behavioristik,memandang
manusia sebagai pemberi respons(responder),sebagai hasil dari proses
kondisioning yang telah terjadi.
►Dustin & George(1977),yang dikutip oleh George & Cristiani(1981),mengemikakan pandangan behavioristik terhadap konsep manusia,yakni:
1. Manusia di pandang sebagai individu yang pada hakikatnya bukan individu yang baik atau yang jahat,tetapi sebagai individu yang selalu berada dalam keadaan sedang mengalami,yang memiliki kemampuan untuk menjadi sesuatu pada semua jenis perilaku.
2. Manusia mampu mengkonseptualisasikan dan mengontrol perilakunya sendiri.
3. Manusia mampu memperoleh perilaku yang baru.
4. Manusia bisa mempengaruhi perilaku orang lain sama halnya dengan perilakunya yang bisa dipengaruhi orang lain.
►Ivey,et al(1987) mengemukakan bahwa pernah para pendukung pendekatan behavioristik merumuskan manusia sebagai manusia yang mekanistik dan deterministik,dimana manusia dianggap bisa dibentuk sepenuhnya oleh lingkungan dan sedikit memiliki kesempatan untuk memilih.Namun pendekatan behavioristik yang baru,menitikberatkan meningkatnya kebebasan dan pilihan melalui pemahaman terhadap dasar-dasar perilaku seseorang.
►Corey(1991),mengemukakan bahwa pada terapi perilaku,perilaku adalah hasil dari belajar.Kita semua adalah hasil dari lingkungan sekaligus adalah pencipta lingkungan.tidak ada dasar yang berlaku umum bisa menjelaskan semua perilaku.karena setiap perilaku ada kaitanya dengan sumber yang ada di lingkungan yang menyebabkan terjadinya sesuatu perilaku tersebut.
►Albert Bandura(1974,1977,1986) yang terkenal sebagai tokoh teori sosial-belajar,menolak suatu konsep bahwa manusia adalah pribadi yang mekanistik dengan model perilakunya yang deterministik.Pengubahan(modifikasi)perilaku bertujuan untuk meningkatkan kemampuan seseorang agar jumlah respon akan lebih banyak.
►Dustin & George(1977),yang dikutip oleh George & Cristiani(1981),mengemikakan pandangan behavioristik terhadap konsep manusia,yakni:
1. Manusia di pandang sebagai individu yang pada hakikatnya bukan individu yang baik atau yang jahat,tetapi sebagai individu yang selalu berada dalam keadaan sedang mengalami,yang memiliki kemampuan untuk menjadi sesuatu pada semua jenis perilaku.
2. Manusia mampu mengkonseptualisasikan dan mengontrol perilakunya sendiri.
3. Manusia mampu memperoleh perilaku yang baru.
4. Manusia bisa mempengaruhi perilaku orang lain sama halnya dengan perilakunya yang bisa dipengaruhi orang lain.
►Ivey,et al(1987) mengemukakan bahwa pernah para pendukung pendekatan behavioristik merumuskan manusia sebagai manusia yang mekanistik dan deterministik,dimana manusia dianggap bisa dibentuk sepenuhnya oleh lingkungan dan sedikit memiliki kesempatan untuk memilih.Namun pendekatan behavioristik yang baru,menitikberatkan meningkatnya kebebasan dan pilihan melalui pemahaman terhadap dasar-dasar perilaku seseorang.
►Corey(1991),mengemukakan bahwa pada terapi perilaku,perilaku adalah hasil dari belajar.Kita semua adalah hasil dari lingkungan sekaligus adalah pencipta lingkungan.tidak ada dasar yang berlaku umum bisa menjelaskan semua perilaku.karena setiap perilaku ada kaitanya dengan sumber yang ada di lingkungan yang menyebabkan terjadinya sesuatu perilaku tersebut.
►Albert Bandura(1974,1977,1986) yang terkenal sebagai tokoh teori sosial-belajar,menolak suatu konsep bahwa manusia adalah pribadi yang mekanistik dengan model perilakunya yang deterministik.Pengubahan(modifikasi)perilaku bertujuan untuk meningkatkan kemampuan seseorang agar jumlah respon akan lebih banyak.
Konsep
Manusia dalam Humanistik
Psikologi humanistik diangggap sebagai revolusi ketiga
dalam psikologi. Revolusi pertama dan kedua adalah psikoanalisis dan
behaviorisme. Psikologi humanistik mengambil banyak dari psikoanalisis
Neo-Freudian (sebenarnya Anti-Freudian) seperti Adler, Jung, Rank, Slekel,
Ferenczi, tetapi lebih banyak lagi mengambil dari fenomenologi dan
eksistensialisme. Fenomenologi memandang manusia hidup dalam "dunia
kehidupan" yang dipersepsi dan diinterpretasi secara subyektif. Setiap
orang mengalami dunia dengan caranya sendiri. "Alam pengalaman setiap
orang berbeda dari alam pengalaman orang lain," kata Brouwer (1983).
Fenomenologi banyak mempengaruhi tulisan-tulisan Carl Rogers yang boleh disebut
Bapak Psikologi Humanistik. Dalam pandangan eksistensialisme, manusia hanya
tumbuh dengan baik dalam hubungan pribadi dengan pribadi, bukan pribadi dengan
benda…subyek dengan subyek, bukan subyek dengan obyek. Di sinilah faktor orang
lain menjadi penting, bagaimana reaksi mereka membentuk bukan saja konsep diri
kita, tetapi juga pemuasan…apa yang disebut oleh Abraham Maslow sebagai
"growth needs". Eksistensialisme menekankan pentingnya kewajiban
individu pada sesama manusia. Yang paling penting bukan apa yang didapat dari
kehidupan, tetapi apa yang dapat kita berikan untuk kehidupan. Hidup kita baru
bermakna hanya apabila melibatkan nilai-nilai dan pilihan yang konstruktif
secara sosial.
Secara garis
besar, konsepsi manusia dalam pandangan Humanisme menurut Carl Rogers adalah
sebagai berikut:
- Setiap manusia hidup dalam dunia pengalaman yang bersifat pribadi di mana sang Aku, Ku, atau Diriku (the I, Me, or Myself) menjadi pusat. Perilaku manusia berpusat pada 'konsep diri', yaitu persepsi manusia tentang identitas dirinya yang bersifat fleksibel dan berubah-ubah, yang muncul dari suatu medan fenomenal… medan keseluruhan pengalaman subyektif seorang manusia yang terdiri dari pengalaman-pengalaman Aku dan Ku dan pengalaman yang "bukan Aku".
- Manusia berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan, dan mengaktualisasikan diri.
- Individu bereaksi pada situasi sesuai dengan persepsi tentang dirinya dan dunianya. Ia bereaksi pada "realitas" seperti yang dipersepsikan olehnya dan dengan cara yang sesuai dengan konsep dirinya.
- Anggapan adanya ancaman terhadap diri akan diikuti oleh pertahanan diri berupa penyempitan dan pengkakuan (rigidification) persepsi dan perilaku penyesuaian serta penggunaan mekanisme pertahanan ego seperti rasionalisasi.
- Kecenderungan batiniah manusia ialah menuju kesehatan dan keutuhan diri. Dalam kondisi yang normal ia berperilaku rasional dan konstruktif serta memilih jalan menuju pengembangan dan aktualisasi diri.