Menurut H.A.Simon [1987] ”Kecerdasan buatan (artificial
intelligence) merupakan kawasan penelitian, aplikasi dan instruksi yang terkait
dengan pemrograman computer untuk melakukan hal yang dalam pandangan manusia adalah
cerdas”. Kecerdasan Buatan (artificial intelligence) merupakan inovasi baru di bidang
ilmu pengetahuan. Mulai ada sejak muncul komputer modern, yakni pada 1940 dan
1950. Kemampuan mesin elektronika baru menyimpan sejumlah besar info, memproses
dengan kecepatan sangat tinggi menandingi kemampuan manusia. Ilmu pengetahuan
komputer ini khusus ditujukan dalam perancangan otomatisasi tingkah laku cerdas
dalam sistem kecerdasan komputer. Pada system ini memperlihatkan sifat-sifat
khas yang dihubungkan dengan kecerdasan dalam kelakuan yang sepenuhnya dapat
menirukan beberapa fungsi otak manusia, seperti pengertian bahasa, pengetahuan,
pemikiran, pemecahan, dan masalah.
Pentingnya kecerdasan buatan menjadi nyata bagi
negara-negara yang berperan sejak tahun 1970. Para pemimpin negara yang
mengakui potensialnya kecerdasan buatan mengharap mendapat persetujuan jangka
panjang untuk sumber-sumber yang memerlukan dana intensif. Jepang adalah yang
pertama kali melakukan itu. Negara ini mengembangkan program yang sangat
berambisi dalam penelitian kecerdasan buatan. Sebagai bidang ilmu pengetahuan
komputer, kecerdasan buatan sebenarnya sudah mulai diselidiki pada 1930-an dan
1940-an. Pada saat itu, banyak cendekiawan mengembangkan ide-ide baru mengenai
komputasi. Logika matematika menjadi bidang aktif dari penyelidikan kecerdasan
buatan, karena sistem logika deduktif telah berhasil diimplementasikan dalam program-program
komputer. Seorang ahli matematika bernama Alan Turing, yang memiliki sumbangan
besar dalam pengembangan teori kemampuan penghitungan (computability),
mengusulkan tes untuk melihat bisa atau tidaknya mesin memberikan respon
terhadap seangkaian pertanyaan (agar mesin dapat dikatakan cerdas). Uji yang
dilakukan adalah dengan mengukur kinerja (performance) mesin cerdas. Uji Alan
Turing menjadi dasar bagi banyak strategi yang digunakan dengan menilai
program-program kecerdasan buatan. Pada awalnya, kecerdasan buatan hanya ada di
universitas-universitas dan laboratorium penelitian, serta hanya sedikit produk
yang dihasilkan dan dikembangkan. Menjelang akhir 1970-an dan 1980-an, mulai
dikembangkan secara penuh dan hasilnya berangsur-angsur dipublikasikan di
khalayak umum. Permasalahan di dalam kecerdasan buatan akan selalu bertambah
dan berkembang seiring dengan laju perkembangan zaman menuju arah globalisasi
dalam setiap aspek kehidupan manusia, yang membawa persoalan-persoalan yang
semakin beragam pula. Program kecerdasan buatan lebih sederhana dalam
pengoperasiannya, sehingga banyak membantu pemakai. Program konvensional
dijalankan secara prosedural dan kaku, rangkaian tahap solusinya sudah
didefinisikan secara tepat oleh pemrogramnya. Sebaliknya, pada program
kecerdasan buatan untuk mendapatkan solusi yang memuaskan dilakukan pendekatan
trial and error, mirip seperti apa yang dilakukan oleh manusia.
Artificial Intelligence (AI) dan Kognisi manusia
Teknologi Artificial Intelligence memiliki
hubungan yang erat dengan dunia teknologi komunikasi dan informasi. Sama
seperti proses komunikasi, Artificial Intelligence menaruh perhatian
yang besar terhadap konsep kognisi. Salah satu fungsi kognisi yang kita kenal
adalah bahasa. Dengan adanya sistem bahasa, komunikasi antara sender
dengan receiver dapat berjalan dengan lancar, dan sistem bahasa, lebih
spesifiknya sistem computer linguistic, pun telah menyumbang banyak
kontribusi bagi perkembangan dunia Artificial Intelligence. Dari relasi
ini, bisa terlihat bahwa bahasa sebagai salah satu konsep relevan dalam dunia
komunikasi memiliki hubungan yang demikian erat dengan perkembangan teknologi artificial
intelligence dari zaman dahulu hingga sekarang. Selain itu, penalaran dan
pengambilan keputusan adalah aspek lainnya dari kognisi yang juga memiliki
relasi dengan konsep komunikasi dan teknologi artficial intelligence
sendiri.
Artificial Intelligence dan Sistem Pakar ( Eliza, Parry, dan Net Talk)
Eliza,
Parry dan Nettalk adalah beberapa contoh dari chatterbot. Chatterbot
merupakan sebuah program komputer yang dirancang untuk menstimulasi percakapan
intelektual dengan satu atau lebih manusia secara audio maupun teks. Chatterbot
dikategorikan sebagai kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence,
yang dimanfaatkan untuk tujuan praktis seperti bantuan online, layanan
personal, atau diskusi informasi, dalam hal ini dapat dilihat fungsi program
sebagai suatu jenis agen percakapan (conversational agent).
ELIZA
Program yang dipublikasikan oleh Joseph Weizenbaum pada tahun 1966, yang dapat mengelabui pengguna hingga mempercayai bahwa mereka sedang bercakap-cakap dengan manusia nyata. Tujuan dari pembuatan program ini adalah untuk meniru pembicaraan antara seorang psikolog dan pasiennya, dalam hal ini, Eliza berperan sebagai psikoterapis dan memberikan saran dan nasihat tentang masalah penggunanya. Kunci metode operasional Eliza melibatkan rekognisi dari isyarat kata-kata atau kalimat input, dan output berupa tanggapan yang telah dipersiapkan atau diprogram, yang dapat meneruskan percakapan dengan suatu cara sehingga tampak bermakna.
Program yang dipublikasikan oleh Joseph Weizenbaum pada tahun 1966, yang dapat mengelabui pengguna hingga mempercayai bahwa mereka sedang bercakap-cakap dengan manusia nyata. Tujuan dari pembuatan program ini adalah untuk meniru pembicaraan antara seorang psikolog dan pasiennya, dalam hal ini, Eliza berperan sebagai psikoterapis dan memberikan saran dan nasihat tentang masalah penggunanya. Kunci metode operasional Eliza melibatkan rekognisi dari isyarat kata-kata atau kalimat input, dan output berupa tanggapan yang telah dipersiapkan atau diprogram, yang dapat meneruskan percakapan dengan suatu cara sehingga tampak bermakna.
PARRY
Parry dibuat pada tahun 1972 oleh
psikiatris Kenneth Colby ketika di Universitas Stanford. Parry bertujuan untuk
merefleksikan pikiran pasien dengan mental paranoid yang serius. Program ini
menjalankan model mentahan dari prilaku schizophren paranoid berdasarkan
konsep, konseptualisasi dan kepercayaan (penilaian tentang konseptualisasi :
penerimaan, penolakan, dan netral). Ini juga menggunakan strategi percakapan,
lebih serius dan merupakan program lanjutan dari Eliza.
NETTALK
Connectionism adalah
gerakan dalam ilmu kognitif yang berharap untuk menjelaskan kemampuan
intelektual manusia menggunakan jaringan syaraf tiruan (juga dikenal sebagai
“jaringan syaraf” atau “jaring syaraf”). jaringan syaraf disederhanakan model
otak terdiri dari sejumlah besar unit (young analog neuron) bersama-sama dengan
bobot yang mengukur kekuatan hubungan antara unit. Model ini berat efek dari
sinaps yang menghubungkan satu neuron yang lain. Percobaan pada model semacam
ini telah menunjukkan kemampuan untuk mempelajari keterampilan seperti
pengenalan wajah, membaca, dan deteksi struktur gramatikal sederhana. Connectionists
telah membuat kemajuan yang signifikan dalam menunjukkan kekuatan jaringan
saraf untuk menguasai tugas-tugas kognitif. Berikut adalah tiga percobaan
terkenal yang telah mendorong connectionists untuk percaya bahwa JST model yang
baik dari kecerdasan manusia. Salah satu yang paling menarik dari upaya
tersebut adalah kerja 1987 Sejnowski dan Rosenberg di jaring yang dapat membaca
teks bahasa Inggris disebut NETtalk.
Pelatihan ditetapkan untuk NETtalk
adalah basis data yang besar terdiri dari teks bahasa Inggris ditambah dengan
output yang sesuai fonetik-nya, yang ditulis dalam kode yang cocok untuk
digunakan dengan synthesizer pidato. Tape kinerja NETtalk di berbagai tahap
pelatihan mendengarkan sangat menarik. Pada awalnya output random noise.
Kemudian, bersih suara seperti itu mengoceh, dan kemudian masih seolah-olah itu
adalah berbahasa Inggris double-talk (pidato yang dibentuk dari suara yang menyerupai
kata dalam bahasa Inggris). Pada akhir pelatihan, NETtalk melakukan pekerjaan
yang cukup baik mengucapkan teks diberikan. Selain itu, kemampuan ini
generalizes cukup baik untuk teks yang tidak disajikan pada training set.
Penggunaan Artificial Intelligence
sebagai expert
Kecerdasan buatan (Artificial
Intelligence) Menurut Raymond McLeod, Jr dan George P. Schell, 2008
adalah aktivitas penyediaan mesin seperti computer dengan kemampuan untuk
menghasilkan perilaku yang akan dianggap sama cerdasnya dengan jika kemampuan
tersebut ditampilkan oleh manusia. Kecerdasan buatan (Artificial
Intelligence) merupakan aplikasi computer yang paling canggih karena
aplikasi ini berusaha mencontoh cara pemikiran manusia.
Sistem Pakar (Expert
System) adalah usaha untuk menirukan seorang pakar. Biasanya, Sistem Pakar
berupa perangkat lunak pengambil keputusan yang mampu mencapai tingkat performa
yang sebanding sengan seorang pakar dalam bidang problem yang khusus dan
sempit. Ide dasarnya adalah kepakaran ditransfer dari seorang pakar atau sumber
kepakaran lain ke komputer, pengetahuan yang ada di simpan dalam komputer, dan
pengguna dapat berkonsultasi pada komputer itu untuk suatu nasehat, lalu
kemudian komputer dapat mengambil inferensi (menyimpulkan, mendeduksi, dll)
seperti layaknya seorang pakar. Dan selanjutnya komputer akan menjelaskan ke
pengguna tersebut, dengan alasan-alasannya bila perlu.
Salah satu contoh adalah software
DIAGNOSIS yang berbasiskan ilmu kedokteran dari hasil penelitian kasus
sebelumnya, hasil penelitian laboratorium, dan hasil kedokteran lainnya.
Dimisalkan anda terserang penyakit batuk, maka anda butuh nasihat khusus untuk
penyakit anda, maka yang terjadi adalah perbincangan:
• Komputer : Apakah batuk anda parah?
• Anda : Iya.
• Komputer : Apakah anda merokok?
• Anda : Tidak.
• Komputer : Anda batuk karena terserang gejala flu.
Jika anda menjawab pertanyaan ke dua dengan iya, maka komputer akan menyimpulkan dan memberikan jawaban bahwa anda terkena penyakit batuk karena anda merokok.
Sumber :